Kisah Nyata | Belum Saatnya Mati

 



Ini ialah satu cerita riil yang dirasakan mendiang ayah saat sakit keras seputar tahun 1965, yakni 55 tahun lalu. Di saat narasi ini dirasakan mendiang ayah, saya baru berusia 2 tahun. Saya baru ingat jelas akan narasi ini saat ayah berceritanya di waktu saya telah berusia belasan tahun serta terus saya ingat sampai saat ini.


Ayah saya telah wafat di bulan januari tahun 2016, dalam umur 74 tahun. Semakin lebih muda bila dibanding umur kakek serta nenek samping ayah saat wafat, sebab mendiang kakek wafat dalam umur 115 tahun serta almarhum nenek wafat dalam umur 95 tahun. Sesaat samping almarhum Ibu, semua wafat dalam umur muda, hampir tidak ada yang capai usia 50 tahun.


Cara Tembus 4Angka Togel Singapura Ceritanya ini. Saat itu ayah sakit keras serta tidak paham apa penyakitnya, sebab pada saat itu belumlah ada dokter, mantri atau tenaga medis di kampung yang dapat mengecek penyakitnya. Jarak kampung kami dari ibu kota kabupaten ialah seputar 250 km lewat jalan sungai. Jangankan pada saat itu, saat ini saja ke kampung kami itu jalan daratnya masih jalan rintisan, jalan tanah kuning yang tidak dapat dilalui bila musim hujan.


Pada saat itu, untuk pulang ke kota kabupaten, kami harus melayari sungai Melawi yang disebut anak paling besar serta terpanjang dari sungai Kapuas. Panjang sungai nya yang dapat dilayari diprediksikan seputar 450 km. Perjalanan ke kota Kabupaten, kami kerjakan cukup dengan memakai perahu bermotor diesel atau kadang perahu bermesin tempel atau biasa di ucap speedboard atau outboard motor.


Bila memakai perahu bermotor diesel, jarak sejauh itu bisa kami menempuh semasa empat hari perjalanan. Tetapi bila memakai speedboard, dapat diraih dalam 2 hari saja. Malah dengan memakai bodi terbang 40 HP (arti masyakarat untuk speedboard bodi pendek) saat ini, jarak itu dapat di menempuh cuma dalam tempo 9 jam perjalanan saja.


Lanjut ke narasi saya barusan, ayah telah sakit semasa beberapa bulan, tubuhnya telah kurus kering sebab kurang makan, tidak dapat kerja serta penyembuhannya cuma memercayakan beberapa obat tradisionil serta tenaga medis tradisionil di kampung. Cukup beberapa orang pintar yang tiba untuk menyembuhkan ia, tapi belum lebih baik. Semua ramuan yang menurut beberapa orang dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit telah di coba, tapi semua gagal. Sampai satu waktu pada akhirnya ayah pallusch ballang (mati tapi beberapa lama selanjutnya hidup lagi). Serta sini cerita ini bermula.


Ayah berasa mendadak badannya berasa mudah, lantas melayang-layang ke udara, terus terangkat sampai tembus atap rumah. Tapi anehnya, ia benar-benar tidak berasa sakit. Serta di atas ia dapat lihat badannya terkapar di bawah. Selang beberapa saat ia lihat anggota keluarganya bergabung serta menangis meraung-raung, sesaat ia sendiri tidak berasa apa-apa. Tidak ada perasaan sakit atau susah lihat situasi dianya yang terkapar di bawah serta ditangis oleh faksi keluarga. Ia berupaya berteriak untuk menjelaskan jika dianya baik-baik saja, tapi kelihatannya tidak ada keluarganya yang mendengarnya, walau sebenarnya ia telah berupaya berteriak semaksimal mungkin supaya mereka mendengarnya.


Badannya berasa terangkat, terus terangkat, tinggi serta tinggi sekali. Perasaannya cuma nyaman, tenang, tidak ada rasakan sakit, tidak ada ras kuatir serta semua perasaan sulit yang lain. Semua Bahagia serta nikmat, benar-benar tidak ada beban. Sesudah beberapa lama terangkat, mendadak ia berasa dianya terpasah dalam suatu daratan luas yang entahlah dimana terletak. Didepannya terpajang satu jalan yang besar sekali, serta besarnya batas jalan itu belum pernah dilihatnya seumur hidupnya. Jalannya tidak cuma besar, dan juga panjang sekali hingga tidak terlihat ujungnya.


Di jalan itu rupanya sangat ramai orang berjalan, beberapa orang bicara serta bersendau canda, tertawa-tawa serta semua terlihat suka sekali. Serta beberapa keluarga yang telah wafat demikian senang menyongsong kehadirannya. Kemudian mereka membawanya ke arah ujung jalan besar itu. Jalan itu terlihat benar-benar panjang, benar-benar jauh, serta seperti tidak berbuntut. Namun dibagian ujung sana terlihat seberkas cahaya jelas benderang tapi tidak menyilaukan. Menurut keyakinan agama Kohoringan (Kaharingan, saat ini jadi agama Hindu Kaharingan), yakni agama asli warga Dohoi Uut Danum semenjak beberapa ribu tahun lalu, jalan ini dipercayai untuk jalan ke Lovu'Lliou atau jalan ke dunia orang mati.


Di diperjalanan mereka mengarah ujung jalan, di tengahnya perjalanan mendadak ada sisi yang cukup menyempit serta mendiang ayah lihat ada satu pohon langsat yang besar sekali tumbuh disana, tumbuhnya di tebing serta batangnya membentang di tengahnya jalan serta tidak ada tempat untuk melalui kecuali tempat itu, sebab di kiri serta kanannya tebing yang tinggi sekali.


Tiap ada orang yang melalui, karena itu tangkai langsat itu akan berlaga, tapi reaksinya tidak sama untuk tiap orang. Ada orang (baca: arwah) yang dibiarkannya melalui demikian saja, tapi ada pula yang tidak diizinkannya melalui. Sebab demikian seorang ingin menunduk, karena itu tangkai langsat itu turun menghambat, tapi demikian orang ingin meloncat keatas, tangkai langsat itu juga lantas terangkat keatas menghambat.


Postingan populer dari blog ini

These are actually connected to sperm motility, blowing wind recovering

Value of nature

Authorities eliminate gunman after 2 assaults